•  

    November 22, 2011

    Rumangsa Bisa, Bisa Rumangsa ?

    0 komentar

    Kawan, pernahkah Kalian mendengar sebuah kalimat, atau sebuah ungkapan dalam bahasa Jawa yg bunyi'a, "Aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa"  ??? 
     Yach, mungkin bagi sebagian besar orang Jawa ungkapan tersebut sudah sering kali didengar, bahkan mungkin terutama bagi sebagian generasi muda ungkapan tersebut juga sudah di anggap terlalu basi. & parahnya lagi, banyak  pula yg mengatakan bahwa ungkapan tersebut sudah tidak berlaku lagi dijaman sekarang, jaman yg banyak orang bilang sebagai JAMAN EDAN. 

    Aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa , yg dalam bahasa Indonesia berarti (jangan merasa bisa, namun bisalah merasa), sebuah kalimat/ ungkapan yg memiliki makna begitu dalam. Yang berarti juga sebuah nasihat agar kita sebagai seorang manusia senantiasa mampu tumbuh menjadi sosok yang rendah hati, & sebaliknya kita diharapkan untuk tidak tumbuh menjadi sosok yang tinggi hati atau sombong.
    Saya pribadi sebagai manusia yg kebetulan terlahir 100% ber suku Jawa, seringkali pada jaman dahulu kala, jaman baheula, jaman dimana saya msih belum bisa mencuci baju sendiri, mencari makan sendiri, & 100% belum bisa mikirin nasib sendiri, saya acapkali diberikan nasehat" baik dari Mbah Kakung & Mbah Putri(Kakek & Nenek), maupun dari orang lain yg saya temui sepanjang perjalanan hidup saya (maaf, sedikit lebay :) ).

    & berikut ini adalah beberapa contoh ungkapan/nasehat" lainnya dari para Tetua"/ Sesepuh" Jawa yg pernah saya dengar,

    -AJA NGGUGU KAREPE DEWE” (jangan bertindak/ melakukan sesuatu sekehendak sendiri),

    -AJA NUHONI BENERMU DEWE( jangan merasa paling benar),

    -WONG BODHO DADI PANGANE WONG PINTER (orang yang bodoh menjadi objek/ sasaran empuk orang yang pinter)

    -MIKUL DHUWUR MENDHEM JERO (memikul tinggi menanam dalam), yg kurang lebih maknanya adalah jadilah seseorang
    yang senantiasa bertanggungjawab kepada keluarga, dengan selalu berusaha untuk bisa membawa nama baik
    keluarga, meski dimanapun kita berada,& dalam kondisi apapun, selayaknya nama baik keluarga haruslah mampu kita jaga.

    -NGONO YO NGONO, NING OJO NGONO  (demikian ya demikian, tetapi jangan demikian), yang berarti berkata/berbuat sesuatu ya  monggo, silahkan, boleh" saja, tetapi ya selayaknya jangan sampai menyakiti hati dan perasaan orang lain. Atau dalam bertindak maupun berbicara jangan sampai melewati koridor(batas-batas), kecuali melewati koridor BuswaY yaah kalaupun kepepeeett silahkan saja. :D.


    Kawan, ungkapan" tersebut di atas pada dasarnya dimaksudkan untuk melatih kita agar senantiasa mampu untuk mengendalikan diri, jangan berbuat melebihi batas/ aturan, dan sekiranya berbicarapun janganlah sampai membuat orang lain tersinggung.

    Kawan, dalam ajaran & tatanan norma" adat Jawa sebatas yg saya ketahui hingga detik ini, seseorang lebih ditekankan untuk dapat melakukan koreksi ke dalam, Introspeksi Diri, bermuhasabah, sehingga kita diharapkan untuk tidak terdorong secara aktif & bahkan hyperaktif ikut - ikutan memberikan andil unjuk gigi dalam“menghujat” atau “merendahkan” orang lain, sebagaimana Pemimpin" Kita di negeri ini yg telah banyak memberikan contoh bagaimana layaknya bersikap sebagaii Pemimpin Bangsa yang baik dengan saling berlomba- lomba untuk bersaing dalam hujat - menghujat, jatuh - menjatuhkan, saling fitnah & saling berlomba memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, & yang lebih nge trend lagi sekarang ini adalah saling berlomba mencari kambing hitam.


    Kawan, semoga saja mulai saat ini, kita bisa belajar sedikiiitt saja untuk lebih sabar & sadar diri, Bisaa rumangsa lan aja rumangsa bisa(Bisalah merasa & jangan merasa bisa). Sekiranya tak mampu kita membantu memberi solusi, sekiranya tak mampu kita sedikit saja memuji, setidaknya cukuplah bagi kita diam, daripada harus ikut- ikutan mencaci - maki. & andai kita pun sebagai bagian dari serpihan" generasi di negeri ini ternyata benar" tak mampu lagi menahan diri untuk sedikit saja lebih sabar & sadar, maka saya pribadi hanya bisa mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.


    By: Johant Kurniawan (JdR)

    0 komentar:

    Posting Komentar